Featured Video

Rabu, 14 Januari 2015

Komunikasi dalam manajemen

Berikut adalah pengertian Komunikasi menurut para ahli :

a. Raymond Ross, Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator

b. Bernard Barelson & Garry A. Steiner,Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb

c. Colin Cherry, Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.

Dari beberapa pengertian komunikasi, dapat disimpulkan, komunikasi (communication) Komunikasi ialah proses menyalurkan informasi, ide, penjeleasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke orang lain atau dari kelompok ke kelompok. Ia adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang-orang dan kelompok-kelompok tersebut

B . Proses Komunikasi

Komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang pemimpin selain ia harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat jasmani dan rohani, ia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi, sehingga Rogers (1969:180) mengatakan “Leadership is Communication. Kemampuan berkomunikasi akan menentukan berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Setiap pemimpin (leader) memiliki pengikut (flower) guna meralisir gagasannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Disinilah pentingnya kemampuan berkomunikasi bagi seorang pemimpin, khususnya dalam usaha untuk mempengaruhi prilaku orang lain. Inilah hakekatnya dari suatu manajemen dalam organisasi. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasisan, pengarahan dan pengawasan dengan memberdayakan anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Handoko, 2003: 8). Menajemen sering juga didefinisikan sebagai seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Para manejer mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur orang lain untuk melaksanakan tugas apa saja yang mungkin diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (Stoner, 1996 : 7)

Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Paling kurang ada tiga alasan utama mengapa manajemen itu dibutuhkan. Pertama : Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan suatu organisasi dan pribadi; kedua : 2

Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan dari pihak yang berkepentingan dalam organisasi, seperti pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan, konsumen, supplier, serikat kerja, assosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah. Ketiga : Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan efektivitas. B. Komunikasi Dalam Organisasi Komunikasi dalam organisasi adalah : Komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989: 214). Manajemen sering mempunyai masalah tidak efektifnya komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif sangat penting bagi para manajer, paling tidak ada dua alasan, pertama, komunikasi adalah proses melalui mana fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat dicapai; kedua, komunikasi adalah kegiatan dimana para manejer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka. Proses Komunikasi memungkinkan manejer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka. Pengarahan mengharuskan manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompo dapat tercapai. Jadi seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain. Sebahagian besar waktu seorang manejer dihabiskan untuk kegiatan komunikasi, baik tatap muka atau melalui media seperti Telephone, Hand Phone dengan bawahan, staf, langganan dsb. Manejer melakukakan komunikasi tertulis seperti pembuatan memo, surat dan laporan-laporan.

C. Model Komunikasi dalam Organisasi

Model komunikasi yang paling sederhana adalah adanya pengirim, berita (pesan) dan penerima seperti gambar berikut ini : Model ini menunjukkan 3 unsur esensi komunikasi. Bila salah satu unsur hilang, komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh seorang dapat mengirimkan pesan, tetapi bila tidak ada yang menerima atau yang mendengar, komunikasi tidak akan terjadi. Model komunikasi yang terperinci, dengan unsur-unsur penting dalam suatu organisasi yaitu :

Pengirim Pesan Penerima

1. Sumber mempunyai gagasan, pemikiran atau kesan yang

2. diterjemahkan atau disandikan ke dalam kata-kata dan symbol-simbol, kemudian

3. disampaikan atau dikirimkan sebagai pesan kepada penerima

4. penerima menangkap symbol-simbol dan

5. diterjemahkan kembali atau diartikan kembali menjadi suatu gagasan dan

6. mengirimkan berbagai bentuk umpan balik kepada pengirim.

Sumber (source) atau pengirim mengendalikan berbagai pesan yang dikirim, susunan yang digunakan, dan saluran mana yang akan digunakan untuk mengirim pesan tersebut. Mengubah pesan ke dalam berbagai bentuk simbo-simbol verbal atau nonverbal yang mampu memindahkan pengertian, seperti kata-kata percakapan atau tulisan, angka, berakan dsb.

Langkah ketiga sumber mengirimkan pesan melalui berbagai saluran komunikasi silan. Manfaat komunikasi lisan, antar pribadi adalah kesempatan untuk berinteraksi antara sumber dan penerima, memungkinkan komunikasi nonverbal (gerakan tubuh, intonasi suara, dll) disampaikannya pesan secara tepat, dan memungkinkan umpan bali diproleh. Sedangkan komunikasi terulis dapat disampaikan melalui media seperti :memo, surat, laporan, catatan, bulletin, surat kabar dsb. Komunikasi tulisan mempunyai kelebihan dalam penyediaan laporan atau dokumen untuk kepenting masa mendatang.

Langkah keempat adalah penerimaan pesan oleh pihak penerima. Pada umumnya penerima menerima pesan melalu panca indera mereka.. banyak pesan penting yang tidak diterima oleh seseorang karena mereka tidak menerima pesan karena kesalahan dalam mememilih media yang tepat.

Langkah kelima adalah decoding. Hal ini menyangkut memahami symbol-simbol yang dipergunakan oleh pengirim (sumber). Ini amat dipengaruhi oleh latar belakang, kebudayaan, pendidikan, lingkungan, praduga dan gangguan disekitarnya. Dalam komunikasi dua arah antara pimpinan dan stafnya (atasan dan bawahan) kemampuan pimpinan dalam berkomunikasi menjadi factor penentu berhasil tidaknya orang lain memahami ide, gagasan yang ia sampaikan.

Langkah terakhir adalah umpan balik. Setelah pesan diterima dan diterjemahkan, penerima memberikan respon, jadi komunikasi adalah proses yang berkesinambungan dan tak pernah berakhir. Inilah yang disebut bahwak komunikasi yang efektif itu akan menimbulkan interaksi yang baik pula dalam melaksanakan tujuan organisasi.

D. Ragam Tingkatan Komunikasi

Secara umum ragam tingkatan komunikasi adalah sebagai berikut:

(1) komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf manusia.

(2) komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi.

(3) komunikasi kelompok (group communication) yaitu komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam Sendjaja,(1994) memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.

(4) komunikasi organisasi (organization communication) yaitu pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:52).

(5) komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Kemudian Mulyana (2005:74) juga menambahkan konteks komunikasi publik. Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi ini.

D. Fungsi Komunikasi

1. Komunikasi adalah fundamental dalam kehidupan kita.

Dalam kehidupan kita sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Kita tidak bisa tidak berkomunikasi.tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat beberapa perbedaan yang esensial manakala kita berkomunikasi dengan orang lain.Demikian pula sebaliknya, orang lain akan berkomunikasi dengan kita ,baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Cara kita berhubungan satu dengan lainnya, bagimana suatu hubungan kita bentuk, bagaimana cara kita memberikan kontribusi sebagai anggota keluarga, kelompok, komunitas, organisasi dan masyarakat secara luas membutuhkan suatu komunikasi.Sehingga menjadikan komunikasi tersebut menjadi hal yang sangat fundamental dalam kehidupan kita.

2. komunikasi adalah merupakan suatu aktifitas komplek.

Komunikasi adalah suatu aktifitas yang komplek dan menantang. Dalam hal ini ternyata aktifitas komunikasi bukanlah suatu aktifitas yang mudah. Untuk mencapai kompetensi komunikasi memerlukan understanding dan suatu ketrampilan sehingga komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif. Ellen langer dalam Ruben&Stewat( 2005:3) menyebut konsep mindfulness akan terjadi ketika kita memberikan perhatian pada situasi dan konteks, kita terbuka dengan informasi baru dan kita menyadari bahwa ada banyak perspektif tidak hanya satu perspektif di kehidupan manusia.

3. komunikasi adalah vital untuk suatu kedudukan/posisi yang efektif.

Karir dalam bisnis, pemerintah, atau pendidikan memerlukan kemampuan dalam memahami situasi komunikasi, mengembangkan strategi komunikasi efektif, memerlukan kerjasama antara satu dengan yang lain, dan dapat menerima atas kehadiran ide-ide yang efektif melalui saluran saluran komunikasi. Untuk mencapai kesuksesan dari suatu kedudukan/ posisi tertentu dalam mencapai kompetensi komunikasi antara lain melalui kemampuan secara personal dan sikap, kemampuan interpersonal, kemampuan dalam melakukan komunikasi oral dan tulisan dan lain sebagainya.

4. Suatu pendidikan yang tinggi tidak menjamin kompetensi komunikasi yang baik.

Kadang-kadang kita menganggap bahwa komunikasi itu hanyalah suatu yang bersifat common sense dan setiap orang pasti mengetahui bagaimana berkomunikasi. Padahal sesungguhnya banyak yang tidak memilki ketrampilan berkomunikasi yang baik karena ternyata banyak pesan-pesan dalam komunikasi manusia itu yang disampaikan tidak hanya dalam bentuk verbal tetapi juga nonverbal, ada ketrampilan komunikasi dalam bentuk tulisan dan oral, ada ketrampilan berkomunikasi secara interpersonal, ataupun secara kelompok sehingga kita dapat berkolaborasi sebagai anggota dengan baik, dan lain-lain. Kadang-kadang kita juga mengalami kegagalan dalam berkomunikasi. Banyak yang berpendidikan tinggi tetapi tidak memilki ketrampilan berkomunikasi secara baik dan memadai sehingga mengakibatkan kegagalan dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Sehingga komunikasi itu perlu kita pelajari.

5. komunikasi adalah populer.

Komunikasi adalah suatu bidang yang dikatakan sebagai popular. Banyak bidang-bidang komunikasi modern sekarang ini yang memfokuskan pada studi tentang pesan, ada juga tentang hubungan antara komunikasi dengan bidang profesiponal lainnya termasuk hukum, bisnis, informasi, pendidikan, ilmu computer, dan lain-lain. Sehingga sekarang ini komunikasi sebagai ilmu social/perileku dan suatu seni yang diaplikasikan. Disiplin ini bersifat multidisiplin, yang berkaitan dengan ilmu-ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antroplogi, politik, dan lain sebagainya

KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN Oleh : ahmad fahmul amiq Dasar Pemikiran Komunikasi ada di mana-mana, di rumah, dikampus, di Mesjid, di Kantor dan sebagainya. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Sebuah penelitian (Applboum, 1974 : 63) menyebutkan bahwa tiga perempat (70%) waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi – membaca, menulis dan mendengar an (We spend an estimated three-fourths of our waking hours in some form of communications-reading, writing, speaking and listening) Komunikasi menentukan kualitas hidup kita. Komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang pemimpin selain ia harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat jasmani dan rohani, ia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi, sehingga Rogers (1969:180) mengatakan “Leadership is Communication. Kemampuan berkomunikasi akan menentukan berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Setiap pemimpin (leader) memiliki pengikut (flower) guna meralisir gagasannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Disinilah pentingnya kemampuan berkomunikasi bagi seorang pemimpin, khususnya dalam usaha untuk mempengaruhi prilaku orang lain. Inilah hakekatnya dari suatu manajemen dalam organisasi. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasisan, pengarahan dan pengawasan dengan memberdayakan anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Handoko, 2003: 8). Menajemen sering juga didefinisikan sebagai seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Para manejer mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur orang lain untuk melaksanakan tugas apa saja yang mungkin diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (Stoner, 1996 : 7)

Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Paling kurang ada tiga alasan utama mengapa manajemen itu dibutuhkan. Pertama : Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan suatu organisasi dan pribadi; kedua :

2

Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan dari pihak yang berkepentingan dalam organisasi, seperti pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan, konsumen, supplier, serikat kerja, assosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah. Ketiga : Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan efektivitas. B. Komunikasi Dalam Organisasi Komunikasi dalam organisasi adalah : Komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989: 214). Manajemen sering mempunyai masalah tidak efektifnya komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif sangat penting bagi para manajer, paling tidak ada dua alasan, pertama, komunikasi adalah proses melalui mana fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat dicapai; kedua, komunikasi adalah kegiatan dimana para manejer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka. Proses Komunikasi memungkinkan manejer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka. Pengarahan mengharuskan manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompo dapat tercapai. Jadi seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain. Sebahagian besar waktu seorang manejer dihabiskan untuk kegiatan komunikasi, baik tatap muka atau melalui media seperti Telephone, Hand Phone dengan bawahan, staf, langganan dsb. Manejer melakukakan komunikasi tertulis seperti pembuatan memo, surat dan laporan-laporan.

3

C. Model Komunikasi dalam Organisasi

Model komunikasi yang paling sederhana adalah adanya pengirim, berita (pesan) dan penerima seperti gambar berikut ini : Model ini menunjukkan 3 unsur esensi komunikasi. Bila salah satu unsur hilang, komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh seorang dapat mengirimkan pesan, tetapi bila tidak ada yang menerima atau yang mendengar, komunikasi tidak akan terjadi. Model komunikasi yang terperinci, dengan unsur-unsur penting dalam suatu organisasi yaitu :

1. Sumber mempunyai gagasan, pemikiran atau kesan yang

2. diterjemahkan atau disandikan ke dalam kata-kata dan symbol-simbol, kemudian

3. disampaikan atau dikirimkan sebagai pesan kepada penerima

4. penerima menangkap symbol-simbol dan

5. diterjemahkan kembali atau diartikan kembali menjadi suatu gagasan dan

6. mengirimkan berbagai bentuk umpan balik kepada pengirim.

Sumber (source) atau pengirim mengendalikan berbagai pesan yang dikirim, susunan yang digunakan, dan saluran mana yang akan digunakan untuk mengirim pesan tersebut. Mengubah pesan ke dalam berbagai bentuk simbo-simbol verbal atau nonverbal yang mampu memindahkan pengertian, seperti kata-kata percakapan atau tulisan, angka, berakan dsb.

Langkah ketiga sumber mengirimkan pesan melalui berbagai saluran komunikasi silan. Manfaat komunikasi lisan, antar pribadi adalah kesempatan untuk berinteraksi antara sumber dan penerima, memungkinkan komunikasi nonverbal (gerakan tubuh, intonasi suara, dll) disampaikannya pesan secara tepat, dan memungkinkan umpan bali diproleh. Sedangkan komunikasi terulis dapat disampaikan melalui media seperti :memo,

Pengirim Pesan Penerima

4

surat, laporan, catatan, bulletin, surat kabar dsb. Komunikasi tulisan mempunyai kelebihan dalam penyediaan laporan atau dokumen untuk kepenting masa mendatang. Langkah keempat adalah penerimaan pesan oleh pihak penerima. Pada umumnya penerima menerima pesan melalu panca indera mereka.. banyak pesan penting yang tidak diterima oleh seseorang karena mereka tidak menerima pesan karena kesalahan dalam mememilih media yang tepat. Langkah kelima adalah decoding. Hal ini menyangkut memahami symbol-simbol yang dipergunakan oleh pengirim (sumber). Ini amat dipengaruhi oleh latar belakang, kebudayaan, pendidikan, lingkungan, praduga dan gangguan disekitarnya. Dalam komunikasi dua arah antara pimpinan dan stafnya (atasan dan bawahan) kemampuan pimpinan dalam berkomunikasi menjadi factor penentu berhasil tidaknya orang lain memahami ide, gagasan yang ia sampaikan. Langkah terakhir adalah umpan balik. Setelah pesan diterima dan diterjemahkan, penerima memberikan respon, jadi komunikasi adalah proses yang berkesinambungan dan tak pernah berakhir. Inilah yang disebut bahwak komunikasi yang efektif itu akan menimbulkan interaksi yang baik pula dalam melaksanakan tujuan organisasi. D. Hambatan-Hambatan Terhadap Komunikasi yang Efektif 1. Hambatan Organisasional yaitu tingkat hirarkhi, wewenang manajerial dan spesialisasi. Tingkat khirarkhi bila suatu organisasi tumbh, dan strukturnya berkembang, akan menimbulkan berbagai masalah komunikasi. Karena pesan harus melalui tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu yang lebih lama barulah pesan itu sampai. Wewenang Manajerial artinya, kekaburan wewenang bagi setiap tingkatan pada jabatan tertentu akan membuat pesan tidak sampai ke seluruh bagian yang ada dalam organisasi tersebut. Spesialisasi artinya adalah prinsip organisasi, tetapi juga menimbulkan masalah-masalah komunikasi, apalagi mereka yang berbeda keahlian bekerja saling berdekatan. Perbedaan fungsi dan kepentingan dan istilah-istilah dalam pekerjaan mereka masing dapat menghambat, dan membuat kesulitan dalam memahami, sehingga akan timbul salah pengertian dan sebagainya.

5

2. Hambatan-hambatan Antar Pribadi Manejer selalu menghadapi bahwa pesan yang disampaikan akan berubah dan menyimpang dari maksud pertama. Manejer haruslah memperhatikan hambatan-hambatan antar pribadi seperti : Persepsi selektif, status atau kedudukan komunikator (Sumber), Keadaaan membela diri, Pendengaran lemah, dan ketidaktepatan dalam penggunaan bahasa. Persepsi selektif adalah suatu proses yang menyeluruh dengan mana seorang menseleksi, mengorganisasikan, dan mengartikan segala pesan yang ia terima. Persepsi seseorang akan dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing. Untuk itu diharapkan seorang manejer memahami sebanyak mungkin tentang kerangka piker, keinginan, kebutuhan, motif, tujuan dan tingkat kecerdasan seluruh karyawannya, agar komunikasi dalam organisasi yang ia pimpin menjadi efektif. Status Komunikator artinya hambatan utama komunikasi adalah kecendrungan untuk menilai terutama kredibilitas sumber. Kredibilitas didasarkan keahlian seseorang dalam bidang yang ia komunikasikan dan tingkat kepercayaan seseorang bahwa komunikator dapat dipercayai. Keadaan membela diri. Perasaan membela diri baik pada pengirim, maupun penerima pesan, menimbulkan hambatan dalam proses komunikasi. Pendengaran lemah. Manejer harus belajar untuk mendengar secara efektif agar mampu mengatasi hambatan ini. Ketidaktepatan dalam penggunaan bahasa. Salah satu kesalahan terbesar yang terjadi dalam proses komunikasi adalah salah dalam menggunakan bahasa. Sebagai contoh, perintah manajer untuk mengerjakan “secepat mungkin” bisa berarti satu jam, satu hari atau satu minggu. Disamping itu bahasa nonverbal yang tidak konsisten seperti nada suara, ekspresi wajah, dan sebagainya dapat menghambat komunikasi. E. Pedoman komunikasi yang baik

1. Teliti tujuan sebenarnya dalam setiap berkomunikasi

2. Pertimbangkan keadaan fisik dan fisikhis orang lain dalam berkomunikasi

3. Konsultasikan dengan berbagai pihak setiap proses manejemen mulai dari merencanakan sampai evaluasi.

4. Perhatikan tekanan nada dan eksperesi wajah sesuai dengan isi pesan yang disampaikan.

5. Perhatikan konsistensi dalam berkomunikasi

6. Jadilah pendengar yang baik dalam berkomunikasi.

sumber:
Applbaum, Ronald L, 1974, Strategies for Persuasive Communication, Charles E. Merril Publishing Company, Columbus, Ohio. Effendy, 1989, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung. Handoko, T. Hani, 2003, Manajemen, BPFE,Jogyakarta Muhammad, Arni, 1995, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta. Liliweri, Alo, 1997, Sosiologi Organisasi, Citra Aditya Bakti, Bandung. Stoner, James A.F., 1996, Manajemen, Erlangga, Jakarta
one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/teknik-komunikasi/komunikasi-massa

1. Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya

2. 2. Cangara, Hafidz,2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada

3. 3. Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories of Human Communication. USA: Wadsworth Publishing.

4. 4. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda.

5. 5. Ruben, Brent D,Stewart, Lea P, 2005, Communication and Human Behaviour,USA:Alyn and Bacon

6. 6. Sendjaja,Sasa Djuarsa,1994,Pengantar Komunikasi,Jakarta:Universitas Terbuka.

7. 7. Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Grasindo.
Choirun Nisa Wijayanti di Jumat, November 01, 2013

Konflik dan Negosiasi


PEMBAHASAN

A.    Definisi Konflik
Konflik merupakan semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi yang antagonistis bertentangan. Apabila sistem komunikasi dan informasi tidak menemui sasaran, maka dapat menimbulkan kesalahpahaman dan saling tidak mengerti akan satu sama lainnya.
Menurut Robbins, konflik adalah suatu proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif pihak lain. Aroma konflik dapat tercium mudah ketika konflik tersebut sudah berlanjut pada babak yang ekstrim. Konflik yang masih lemah tidak akan berdampak negatif dan tidak akan banyak merugikan. Tapi, konflik yang memuncak selain merugikan organisasi juga dapat berkonflik tersebut.
Jadi, konflik merupakan sebuah proses yang dinamis dan keberadaannya lebih banyak menyangkut persepsi dari orang atau pihak yang mengalami dan merasakannya. Jika suatu keadaan tidak dirasakan sebagai konflik, maka pada dasarnya konflik itu tidak ada.

B.     Perkembangan Pemikiran tentang Konflik
Suatu aliran pemikiran telah berargumen bahwa konflik harus dihindari, konflik yang menandakan suatu salah fungsi di dalam kelompok. Maka, kitapun dapat menyebutnya sebagai pandangan tradisional. Satu aliran pemikiran yang lain, pandangan hubungan manusia, mengemukakan bahwa konflik adalah hasil yang wajar dan tidak terelakkan dalam setiap kelompok dan itu tidak perlu dianggap buruk. Dan yang paling baru, mengemukakan bahwa konflik tidak hanya dapat menjadi kekuatan positif dalam kelompok, tetapi juga secara eksplisit berargumentasi bahwa konflik mutlak perlu untuk suatu kelompok agar kinerja lebih efektif. Dan bisa kita sebut sebagai pendekatan interaksionis.

1.      Pandangan Tradisional
Pandangan ini konsisten dengan sikap-sikap yang dominan mengenai perilaku kelompok dalam dasawarsa 1930-an dan 1940-an. Konflik dilihat sebagai suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurangnya keterbukaan dan kepercayaan antara orang-orang dan kegagalan para manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi para karyawan.
Pandangan bahwa semua konflik buruk tentu mengemukakan suatu pendekatan sederhana terhadap pandangan kepada perilaku orang yang menciptakan konflik. Karena semua konflik harus dihindari, kita sekadar perlu mengarahkan perhatian kita pada penyebab konflik dan mengoreksi salah fungsi ini untuk memperbaiki kinerja kelompok dan organisasi. Meskipun telaah riset sekarang memberikan bukti yang kuat untuk mempersoalkan bahwa pendekatan terhadap pengurangan konflik ini menghasilkan kinerja kelompok yang tinggi, banyak dari kita masih mengevaluasi situasi konflik dengan menggunakan standar usang ini.

2.      Pandangan Hubungan Manusia
Pandangan ini berargumen bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam semua kelompok dan oganisasi. Karena konflik itu tidak terelakkan, aliran hubungan manusia membela penerimaan baik konflik. Mereka merasionalkan eksistensinya bahwa konflik tidak dapat disingkirkan, dan bahkan adakalanya konflik dapat bermanfaat pada kinerja kelompok. Pandangan hubungan manusia ini mendominasi teori konflik dari akhir dasawarsa 1940-an sampai pertengahan 1970-an.

3.      Pandangan Interaksionis
Pendekatan ini mendorong konflik atas dasar bahwa kelompok yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, dan tidak tanggap terhadap kebutuhan akan perubahan dan inovasi. Oleh karena itu, sumbangan utama dari pendekatan interaksionis mendorong pemimpin kelompok untuk mempertahankan suatu tingkat minimum berkelanjutan dari konflik yang cukup untuk membuat kelompok itu hidup, kritis diri dan kreatif.
Dengan adanya pandangan interaksionis –dan itulah yang kita ambil dalam bab ini- menjadi jelas bahwa untuk mengatakan konflik itu seluruhnya baik atau buruk tidaklah tepat dan naif. Apakah suatu konflik itu baik atau buruk tergantung pada tipe konflik. Secara khusus, perlu untuk membedakan antara konflik fungsional dan disfungsional.
Sebagaimana sifat konflik yang tidak bisa terelakkan terjadi pada sebuah kelompok atau organisasi, perkembangan pemikirannya pun mengemuka dengan sendirinya sesuai kejadian yang pernah dialami suatu organisasi. Pandangan yang konservatif tentang konflik dapat tenggelam seiring dengan kesadaran terhadap konflik yang ternyata dibutuhkan pula, dengan alasan peningkatan efektifitas kinerja sebuah organisasi atau kelompok.

C.    Penanganan Konflik Interpersonal
Dalam buku Perilaku Keorganisasiannya, Pandji Anoraga berpendapat bahwa konflik interpersonal dapat ditangani dengan poin-poin sebagai berikut:
1.      Metode Klasik, yaitu dengan cara memusyawarahkan pihak-pihak yang berselisih sehingga memuaskan kedua belah pihak. Langkah musyawarah dilakukan dengan menurunkan derajat perbedaan dan mempertemukan titik-titik persamaan pandangan.
2.      Metode penyelesaian secara pemisahan, yaitu dengan menempatkan pihak-pihak yang berselisih pada bagian yang tidak berhubungan dengan tujuan untuk menghindari situasi yang mengambil potensi konflik. Dalam suatu perusahaan kecil, metode penyelesaian seperti ini tidak dapat dilakukan karena keeratan antar bagian. Oleh karena itu langkah yang diambil biasanya berupa kompromi walaupun tidak memuaskan kedua belah pihak.
3.      Koeksistensi Damai, yaitu dua orang yang saling menganggap yang lainnya mengganggu, diharapkan akan tetap bekerja dengan baik tanpa merugikan hasil pekerjaan. Apabila atasan mereka menengahi konflik tersebut dengan yang lebih penting atau dengan menentukan peraturan dasar untuk koeksistensi dan menerapkannya dengan ketat.
4.      Pengalihan Masalah, yaitu bermaksud bahwa tujuan merupakan hal yang lebih penting daripada sasaran sempit dua individu yang tengah berkonflik. Dua individu yang sedang berkonflik harus bekerjasama untuk mencapai tujuan yang besar. Sehingga, konflik antara mereka bisa dilupakan mengingat tujuan kerja yang jauh lebih menguntungkan.
Secara menyeluruh penanganan konflik yang dibahas adalah cara reorientasi kerja dan tuntutan terhadap profesionalisme yang diunggulkan. Sehingga, konflik yang terjadi dalam skala antar individu tersebut dapat terhindarkan dan diakhiri dengan sendirinya.

D.    Langkah-Langkah Menghadapi Konflik
Menurut Stevenin (2000), terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan:
Pengenalan
Kesenjangan antara keadaan yang ada dapat diidentifikasi dahulu dan bagaimana keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi masalah dalam hal ini adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak memedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).
Diagnosis
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.
Menyepakati Suatu Solusi
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
4.      Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.
5.      Evaluasi
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru yang bisa membuat kasus menjadi dibekukan. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan dicoba lagi. Semoga beruntung.
Terkadang sebuah konflik yang telah ditindak tidak menghasilkan sebuah kesimpulan yang dikehendaki, dan secara personal tidak menghasilkan kepuasan. Namun, berangkat dari itu konflik cukup dikatakan penting keberadaannya dalam meningkatkan motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antarpribadi maupun antarkelompok dalam sebuah organisasi. Sehingga, produktifitas kerja yang meningkat sesuai dengan misi yang diinginkan organisasi tertentu dapat tercipta.

E.     Mengurangi Konflik  melalui Restrukturisasi & Intervensi Manajemen
1.      Restukturisasi
            Restrukturisasi manajemen merupakan penyusunan ulang komposisi manajemen, struktur organisasi, pembagian kerja, sistem operasional, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah manajerial dan organisasi. Dalam hal restrukturisasi manajemen/organisasi, perbaikan kinerja dapat diperoleh melalui berbagai cara, antara lain dengan pelaksanaan yang lebih efisien dan efektif, pembagian wewenang yang lebih baik sehingga keputusan tidak berbelit-belit, dan kompetensi staf yang lebih mampu menjawab permasalahan di setiap unit kerja.
            Pada dasarnya setiap korporasi dapat menerapkan salah satu jenis restrukturisasi pada satu saat, namun bisa juga melakukan restrukturisasi secara keseluruhan, karena aktifitas restrukturisasi saling terkait. Pada umumnya sebelum melakukan restrukturisasi, manajemen perusahaan perlu melakukan penilaian secara komprehensif atas semua permasalahan yang dihadapi perusahaan, langkah tersebut umum disebut sebagai due diligence atau penilaian uji tuntas perusahaan. Hasil penilaian ini sangat berguna untuk melakukan langkah restrukturisasi yang perlu dilakukan berdasar skala prioritasnya. Pelaksanaan restrukturisasi yang berhasil, harus melibatkan dan mendapatkan komitmen dari semua pihak.
Wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha untuk menengahi. la menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan persepsi dan kesadaran bahwa tingkah laku kedua pihak terganggu dan tidak berfungsi, sehingga menghambat proses penyelesaian masalah yang menjadi pokok sengketa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi konflik:
a)      Ciptakan sistem dan pelaksanaan komunikasi yang efektif.
b)      Cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi.
c)      Tetapkan peraturan dan prosedur yang baku terutama yang menyangkut hak karyawan.
d)     Atasan mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan konflik yang muncul.
e)      Ciptakanlah iklim dan suasana kerja yang harmonis.
f)       Bentuklah team work dan kerja-sama yang baik antar kelompok/ unit kerja.
g)      Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua unit/eselon merupakan mata rantai organisasi yang saling mendukung, jangan ada yang merasa paling hebat.
h)      Bina dan kembangkan rasa solidaritas, toleransi, dan saling pengertian antar unit/departemen/eselon.

2.      Intervensi
Secara spesifik beberapa tokoh sepakat diantaranya Myer.Calmpbell mengemukakan bahwasanya definisi dari Intervensi adalah ikut sertanya pihak ketiga untuk ikut dalam proses suatu konflik atas alasan ada kepentingannya yang terganggu. Intervensi diajukan oleh karena pihak ketiga merasa bahwa barang miliknya. disengketakan/diperebutkan oleh penggugat dan tergugat. Permohonan intervensi dikabulkan atau ditolak dengan putusan sela. Apabila permohonan intervensi dikabulkan, maka ada dua perkara yang diperiksa bersama-sama yaitu gugatan asal dan gugatan intervensi.

F.     Negosiasi
Negosiasi atau perundingan merupakan suatu proses tawar-menawar antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Dalam perundingan ini diharapkan ada kesepakatan nilai antara dua kelompok tersebut. Robs mengatakan negosiasi dapat di definisikan sebagai proses yang di dalamnya terdapat dua pihak/lebih bertuka barang atau jasa dan berupaya menyepakati tingkat kerjasama tersebut bagi mereka.
Robbins (1999) menawarkan 2 strategi perundingan, yang meliputi:
1.      Tawar-menawar distributif, artinya perundingan yang berusaha untuk membagi sejumlah tetap sumberdaya (suatu situasi kalah menang).
2.      Tawar-menawar integratif, yaitu perundingan yang mengusahakan satu penyelesaian atau lebih yang dapat menciptakan pemecahan menang-menang.
Nimran (1999) menawarkan bebrapa strategi manajemen konflik, yaitu:
1.      Strategi kompetisi, disebut strategi kalah-menang, yaitu penyelesaian masalah dengan kekuasaan.
2.      Strategi kolaborasi atau strategi menang-menang dimana pihak yang terlibat mencari cara penyelesaian konflik yang sama-sama menguntungkan.
3.      Strategi penghindaran, yaitu strategi untuk menjauhi sumber konflik dengan mengalihkan persoalan sehingga konflik itu tidak terjadi.
4.      Strategi akomodasi, adalah strategi yang menempatkan kepentingan lawan diatas kepentingan sendiri. Strategi ini juga disebut dengan sifat mengalah.
5.      Strategi kompromi, yaitu strategi kalah-kalah dimana pihak-pihak yang terlibat konflik sama-sama mengorbankan sebahagian dari sasarannya dan mendapatkan hasil yang tidak maksimal

MAKP

1.    PENGERTIAN
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat unsur: standart, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip- prinsip nilai yang diyakini dan akan menentuakan kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan.

Gambar 1. Hubungan antara keempat unsur dalam penerapan sistem MAKP

Standart kebijakan intitusi/ nasional

Proses keperawatan:

Pengkajian
Perencanaan
Intervensi
evaluasi
Pendidikan klien:

Pencegahan penyakit
Mempertahankan kesehahatan
Informed consent
Rencana pulang/ komunitas
Sistem MAKP:

Fungsional
Tim
Primer
Modifikasi

Faktor- faktor yang berhubungan dengan perubahan MAKP:

Kualitas pelayanan keperawatan
Setap upaya untuk meningkatkan pelayanan

Untuk meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/ konsumen
Untuk menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi
Untuk mempertahankan eksistensi institusi
Untuk meningkatkan kepuasan kerja
Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan
Untuk menjalankan kegiatan sesuai aturan/ standart
Standart praktek keperawatan
Menurut JCHO (Joint Commission on Accreditational Helath Care Organisastion terdapat 8 standart tentang asuhan keperawatan yang meliputi:

Menghargai hak- hak pasien
Penerimaan sewaktu pasien MRS
Observasi keadaan pasien
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Asuhan pada tindakan non- operative dan administratif
Asuhan pada tindakan olerasi dan prosedur invasif
Pendidikan pada pasien dan keluarga
Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan

2.    PENGHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA

Tingkat ketergantungan pasien
Tingkat ketergantungan klien di ruang kardiologi dinilai dengan menggunakan instrumen yang dimodifikasi kelompok sesuai dengan keadaan klien kardiologi dengan acuan instrumen penilaian tingkat keretgantungan klien dari Orem (total, partial, mandiri)

Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien (berdasarkan teori Orem)

KLASIFIKASI DAN KRITERIA

MINIMAL CARE

Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan
Mampu naik- turun tempat tidur
Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
Mampu makan dan minum sendiri
Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
Status psikologis stabil
Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
Operasi ringan
PARTIAL CARE

Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
Membutuhkan batuan 1 orang untuk naik- turun tempat tidur
Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan
Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
Membutuhkan bantuan untuk makan/ disuap
Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/ kamar mandi)
Post operasi minor 24 jam
Melewati fase akut dari post operasi mayor
Fase awal dari penyembuhan
Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam
Gangguan emosional ringan
TOTAL CARE

Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang lebih lama
Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong atau kursi roda
Membutuhkan latihan pasif
Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NG tube (sonde)
Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
Dimandikan perawat
Dalam keadaan inkontinensia
24 jam post operasi mayor
Pasien tidak sadar
Keadaan pasien tidak stabil
Observasi TTV setip kurang dari jam
Perawatan luka bakar
Perawatan kolostomi
Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
Menggunakan WSD
Irigasi kandung secara terus menerus
Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
Gangguan emosional berat, bingung dna disorientasi

Kebutuhan tenaga perawat

Tabel 2 Penghitungan Kebutuhan Tenaga

JUMLAH PASIEN

KLASIFIKASI PASIEN

MINIMAL

PARSIAL

TOTAL

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

PAGI

SIANG

MALAM

1

0,17

0,14

0,10

0,27

0,15

0,07

0,36

0,30

0,20

2

0,34

0,28

0,20

0,54

0,30

0,14

0,72

0,60

0,40

3

0,51

0,42

0,30

0,81

0,45

0,21

1,08

0,90

0,60

3.    TUJUAN MAKP
Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan

PILAR – PILAR DALAM MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESSIONAL (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah

a)  Pilar I : pendekatan manajemen keperawatan

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari

1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan)

2) Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.

3) Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik

4) Pengawasan

5) Pengendalian

b)  Pilar II: sistem penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.

c)  Pilar III: hubungan professionalHubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain – lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

d)  Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan

Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan

5.    MODEL DALAM SISTEM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.

Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan (MAKP)
Sesuai dengan visi dan misi intitusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit

Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan keperawatan pada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangan ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.

Efisien dan efektif penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam kelancaran pelaksanaanya. Bagaimana baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang sempurna.

Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang terhadap kepuasan pelanggan.

Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.

Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keprawatan diharapkan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

Jenis model asuhan keperawatan profesional (MAKP)
Tabel 3 Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant&Massey (1997) dan Marquis& Huston (1998)

Model

Deskripsi

Penanggung Jawab

Fungsional

Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan
Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama [ada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya  melakukan 1- 2 jenis intervensi (misalnya merawat luka) keperawatan kepeda semua pasien di bangsal
perawat yang bertugas pada tindakan tertentu

Kasus

Berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan
Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu
Rasio pasien perawat= 1:1
setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saait ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien untuk satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti: isolasi, intesive care

manager keperawatan

Tim

Berdasarkan kelompok pada filosofi keperawatan
6- 7 perawat profesional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim, disupervisi oleh ketua tim.
metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2- 3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu

ketua tim

Primer

Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi keperawatan
Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan dari hasil pengkajian kondisi pasien untuk mengkoordinir asuhan keperawatan
Rasio perawat dan pasien1:4 / 1:5 dan penugasan metode kasus. Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai KRS. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
perawat primer

(1)  Fungsional

Kelebihannya:

(a)  Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik

(b)  Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

(c)  Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawatan pada pasien diserahkan kepada perawat junior

Kelemahannya:

(a)  Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

(b)  Pelayanan keperawatan terpisah- pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan

(c)  Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja

(2)  Keperawatan tim

Metode ini menggunakan tim yang tdd anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien

Kelebihannya:

(a)  Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

(b)  Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

(c)  Menungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi  dan memberikan kepuasan kepada anggota tim

Kelemahannya:

(a)  Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada wakt- waktu sibuk

Konsep metode tim

(a)  Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan

(b)  Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin

(c)  Anggota tim harus menghargai kepermimpinan ketua tim

(d)  Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang

Tanggung jawab anggota tim

(a)  Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawabnya

(b)  Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim

(c)  Memberikan laporan

Tanggung jawab ketua tim

(a)  Membuat rencana perencanaan

(b)  Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi

(c)  Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien

(d)  Mengembangkan kemampuan anggota

(e)  Menyelenggarakan konferensi

Tanggung jawab kepala ruang

(a)  Perencanaan

Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing- masing
Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi, persiapan pulang bersama ketua tim
Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan
Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
      Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan

      Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai askep

      Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah

      Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk

Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
(b)  Pengorganisasian

Merumuskan metode penugasan yang digunakan
Merumuskan tujuan metode penugasan
Metode rincian tugas ketua tim dengan anggota tim secara jelas
Membuat rentang kendali kepala ruang membawahi 2 katim dan 2 katim membawahi 2- 3 perawat
Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll
Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
Mendelegasikan tudas saat kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim
Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
Identiikasi masalah dan cara penanganan
(c)  Pengarahan

Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sika[
Menginformasikan hal- hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan askep pasien
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
(d)  Pengawasan

Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan katim maupun pelaksana mengenai askep yang diberikan kepada pasien
Melalui supervisi
      Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahan- kelemahan yang ada saat itu juga

      Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim. Membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan katim tentang pelaksanaan tugas.

      Evaluasi

      Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun ketua tim

      Audit keperawatan

(3)  Keperawatan primer

Kelebihan:

(a)  Bersifat kontinuitas dan komprehensif

(b)  Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil akan memungkinkan pengembangan diri

(c)  Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit

Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, infromasi dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.

Kelemahan:

(a)  Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan kriteria asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin

Konsep dasar metode primer:

(a)  Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

(b)  Ada otonomi

(c)  Ketertiban pasien dan keluarga

Tugas perawat primer

(a)  Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

(b)  Membuat tujuan dan rencana keperawatan

(c)  Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas

(d)  Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain

(e)  Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

(f)   Menerima dan menyesuaikan rencana

(g)  Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

(h)  Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat

(i)    Membuat jadwal perjanjian klinik

(j)    Mengadakan kunjungan rumah

Peran kepala ruang/ bangsal dalam metode primer

(a)  Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer

(b)  Orientasi dan merencanakan karyawan baru

(c)  Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten

(d)  Evaluasi kerja

(e)  Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf

(f)   Membuat 1- 2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi

Ketenagaan metode primer

(a)  Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”

(b)  Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat

(c)  Penugasan ditentukan oleh kepala ruang

(d)  PP dibantu oleh perawat profesional lain maupun non profesional sebagai perawat asisten

(4)  Manajemen kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolasi, intensive care

Kelebihannya:

(a)  Perawat lebih memahami kasus per kasus

(b)  Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kelemahannya:

(a)  Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab

(b)  Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

(5)  Modifikasi: tim- primer

Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:

(a)  Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai perawat primer harus mempunyai latar beakang pendidikan S1 keperawatan atau setara

(b)  Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim

(c)  Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu karena saat ini jenis pendidikan perawat yang ada di RS, sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan.

Peran masing- masing komponen kepala ruangan, Perawat primer dan perawat assosiate

Kepala ruang (KARU)

Perawat primer (PP)

Perawat assosiate (PA)

Menerima pasien baru
Memimpin rapat
Mengevaluasi konerja perawat
Membuat daftar dinas
Menyediakan material
Perencanaan, pengawasan, pengarahan
Membuat perencanaan askep
Mengadakan tindakan kolaborasi
Memimpin timbang terima
Mendelegasikan tugas
Memimpin ronde keperawatan
Mengevaluasi pemberian askep
Bertanggung jawab terhadap pasien
Memberi petunjuk jika pasien akan pulang
Memimpin timbang terima
Mengisi resume keperawatan

Memberikan askep
Mengikuti timbang terima
Melaksanakan tugas yang didelegasikan
Mendokumentasikan tindakan keperawatan

6.    PENENTUAN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN (MAKP)
Pengumpulan data
1)    Ketenagaan keperawatan

a)    Lingkungan kerja

(1)  (Gambaran umum jumlah tempat tidur, lokasi dan denah ruangan, fasilitas untuk pasien, fasilitas untuk petugas kesehatan, fasilitas peralatan dan bahan kesehatan, fasilitas peralatan dan bahan kesehatan

b)    Sumber daya manusia/ ketenagaan

(1)  Tenaga keperawatan

(2)  Tenaga non keperawatan

c)    Ketenagaan keperawatan dan pasien

2)    Penerapan model pemberian asuhan keperawatan profesional

3)    Sistem pendokumentasian

a)    Sistem pendokumentasian ruangan

b)    Sistem administrasi

Analisa data
Identifikasi situasi ruangan berdasarkan pendekatan SWOT

Rumusan masalah
Perencanaan
1)    Pengorganisasian

2)    Rencana strategis

3)    Pengaturan waktu dan kegiatan

4)    Persiapan penyelenggaraan asuhan keperawatan

TIMBANG TERIMA

Oleh: Apriyani Puji Hastuti, S.Kep Ners

1.         Pengertian

      Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002).

2.         Tujuan :

Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum
Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas berikutnya.
c.      Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya

3.         Langkah-langkah

Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang akan disampaikan
Perawat primer menyampaikan kepada penaggungjawab shift yang selanjutnya meliputi :
1)      Kondisi atau keadaan klien secara umum

2)      Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan

3)      Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

   Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien

4.         Prosedur Timbang Terima

                        Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :

Persiapan
1)    Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap

2)    Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

Pelaksanaan
      Dalam penerapan sistem MPKP : Primer, timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer yang mengganti jaga pada shift berikutnya :

1)        Timbang terima dilaksanakan setiap pergantin shift atau operan

2)        Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksankan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan

3)        Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya

4)        Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :

-         Identitas pasien dan diagnosis medis

-         Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul

-         Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif)

-         Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilkasanakan

-         Intervensi kolaboratif dan dependensi

-         Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya

5)        Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi tanya jawab terhadap hal-hal yang ditimbang terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas

6)        Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat

7)        Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rincian

8)        Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap pasien dan melakukan validasi data.

9)        Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat primer

   

7.     Alur Timbang Terima

ALUR TIMBANG TERIMA

PASIEN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA MEDIS/ MASALAH KOLABORATIF

RENCANA TINDAKAN

YANG TELAH DILAKUKAN

YANG AKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN KEADAAN KLIEN

MASALAH :

Teratasi

Belum teratasi

Teratasi sebagian

Muncul masalah baru

PROSEDUR PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA :

A. PRA TIMBANG TERIMA (Di Ruang Perawat)

Kedua kelompok dinas sudah siap.
Masalah keperawatan dan intervensi keperawatan semua pasien telah dilaksanakan dan didokumentasikan oleh perawat pada dinas sebelumnya dan siap untuk ditimbang terimakan.
Hal-hal yang khusus dicatat, untuk diserahterimakan kepada perawat (PP  dan PA) yang berdinas berikutnya.

B. TIMBANG TERIMA (Di Ruang Perawat)

Karu atau penanggung jawab membuka acara timbang terima.
PP (Perawat Primer) menyampaikan timbang terima :
-        Identitas pasien dan diagnosa medis

-        Masalah keperawatan yang muncul

-        Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan

-        Tindakan keperawatan yang belum dilakukan

-        Rencana dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang, konsultasi atau prosedur tidak rutin).

PP penerima timbang terima melakukan klarifikasi.

C. TIMBANG TERIMA (Di Ruang Pasien)

PP (Perawat Primer) dan PA (Perawat Asosiat) penerima timbang terima melakukan klarifikasi, tanya jawab atau melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan.
Sedapatnya mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
Lamanya timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang lebih rinci.

4. PASKA TIMBANG TERIMA (Di Ruang Perawat)

Diskusi untuk membahas permasalahan bila ada (dipimpin Karu / penanggung jawab).
Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada format laporan ruangan.
Penandatanganan oleh Karu dan PP masing-masing kelompok dinas.
Acara timbang terima ditutup oleh Karu / penanggung jawab.

SENTRALISASI OBAT

Oleh: Apriyani Puji Hastuti, S.Kep Ners

1.         PENGERTIAN
Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan salah satu peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam suatu pola yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian secara materiil maupun non materiil dapat dieliminir. Upaya sistematik meliputi uraian terinci tentang pengelolaan obat secara tepat oleh perawat diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab perawat dalam menyelenggarakan kegiatan keperawatan.

Sentralisasi obat ( tehnik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan obat dimana seluruh  obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.

2.         TEKNIK PENGELOLAAN SENTRALISASI OBAT
Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dan keluarga menerima tanda bukti serah terima obat.
Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat, jumlah (sediaan) dan diketahui oleh keluarga/ klien dalam format pemberian obat. Keluarga / klien selanjutnya mendapatkan informasi bila mana obat tersebut akan habis.
Klien / keluarga selanjutnya mendapatkan tanda bukti serah terima obat yang berisi nama obat, jumlah, dosis obat yang diberikan perawat.
Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat.
Obat yang telah diterima untuk selanjutnya  disalin dalam buku daftar pemberian obat.
Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat, dengan terlebih dahulu di cocokkan dengan  terapi di dalam advis dokter.
Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah obat, efek samping obat. Usahakan tempat obat kembali setelah obat dikonsumsi. Pantau adanya efek samping pada pasien.
Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala ruangan / petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam format pemberian obat pada kolom sisa.
Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara optimal dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol penggunaan obat.
Penerimaan obat :
Pembagian obat :

Penambahan obat baru :
Bilamana ada penambahan / perubahan jenis, dosis atau perubahan rute pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format pemberian obat pada kolom terima.

Obat khusus.
Obat disebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal, menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan pada waktu tertentu.
Pemberian obat khusus didokumentasikan  di format pemberian obat (tidak ada format khusus)
Informasi yang diberikan pada klien/ keluarga yaitu nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan tempat obat sebaiknya diserahkan/ ditunjukkan pada keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat.

3.         Alur pelaksanaan sentralisasi obat

PENDEKATAN PERAWAT

DOKTER

KELUARGA/ PASIEN

FARMASI/ APOTIK

KELUARGA/ PASIEN

KARU/ PP / PA YANG MENERIMA

PENGATURAN / PENGELOLAAN OLEH PERAWAT

Surat persetujuan
Lembar serah terima obat
KLIEN

A. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT SURAT PERSETUJUAN SENTRALISASI OBAT.

1.    Nama, umur, jenis kelamin, alamat dapat diisi dengan nama pasien sendiri, anak, istri, suami, orang tua, dan lain-lain.

2.    Nama Klien, Umur, Jenis kelamin, alamat, no.reg diisi sesuai dengan data klien yang bersangkutan.

3.    Ruangan diisi sesuai tempat pasien dirawat.

4.    Pengisian tanggal sesuai dengan tanggal pelaksanaan informed consent.

5.    Format ditandatangani oleh perawat yang menerangkan dan klien yang menyetujui dilakukan tindakan sentralisasi obat, disertai para saksi-saksi.

B. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT PEMBERIAN OBAT.

Pengisian nama pasien, No. Register, umur, ruangan.
Kolom Nama obat diisi sesuai dengan obat yang diberikan sesuai dosis, dan cara pemberian.
Kolom tanggal diisi tanggal penerimaan obat, secara vertikal begitu juga pada kolom terima yaitu jumlah obat yang diterima dan ditulis nama terang perawat dan keluarga yang menerima.
Kolom pemakaian obat diisi sesuai jam berapa obat diberikan beserta nama perawat.
Kolom sisa diisi oleh perawat shift malam yaitu jumlah obat yang masih ada setelah pamberian beserta nama perawat.

C. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN TANDA BUKTI SERAH TERIMA OBAT (UNTUK PASIEN)

Pengisian nama pasien, umur, No. Registrasi ruangan
Kolom tanggal penerimaan obat diisi sesuai dengan tanggal serah terima obat.
Kolom nama obat, dosis dan jumlah (sediaan) diisi sesuai dengan nama obat, frekuensi pemberian dan jumlah yang  diterima.
Kolom TT/Nama terang yang menyerahkan disi oleh keluarga / klien.
Kolom TT/Nama terang yang menerima diisi oleh perawat atau keluarga yang menerima.

D. PETUNJUK TEKNIS SENTRALISASI OBAT

Perawat menjelaskan tujuan dan manfaat dari sentralisasi obat.
Pasien/ keluarga mengisi format peersetujuan sentralisasi obat.
Pasien / keluarga memberi obat ke perawat dan menerima tanda bukti serah terima obat dari perawat.
Perawat menerima obat dari pasien/ keluarga dan mengisi format pemberian obat pada kolom terima.
Perawat menyimpan obat yang telah diterima di kotak obat.
Perawat meletakkan obat di tempat obat saat memberikan obat sesuai jadwal.
Perawat memberikan obat ke pasien.
Perawat mengisi format pemberian obat dan LK 4.

FORMAT SERAH TERIMA OBAT

Nama Pasien             :                                               Ruangan        :

Umur                          :                                               No. Reg          :

Tgl Penerimaan Obat

No

Nama Obat

Dosis

Jumlah

(Sediaan)

T T/ nama terang perawat yang menerima

T T/nama terang keluarga/ pasien

FORMAT PEMBERIAN OBAT

Nama Pasien:                                    Ruangan:                   Umur:             No. Reg          :

Nama Obat:

Dosis:

Cara Pemberian (rute):

Tgl

Terima

Nama

Jam

Nama

Jam

Nama

Jam

Nama

Jam

Nama

Jam

Nama

Sisa

Nama

Nama Obat:

Dosis:

Cara Pemberian (rute):

Tgl

Terima

Nama

Jam

Nama

Jam

Nama

Jam

Nama

Jam

Nama

Jam

Nama

Sisa

Nama

Waktu Pemberian Obat:                                           Keterangan:

1 x 1 Pagi       : 08.00                                                 1. Tidak ada persediaan (TAP)

1 x 1 Malam    : 20.00                                                 2. Pasien tidak mau minum

2 x 1                : 08.00 20.00                                       3.     Obat dihentikan

3 x 1                : 08.00 16.00   24.00                           4. Pasien tidak diperbolehkan minum obat

4 x 1                : 08.00 14.00   20.00   02.00                         

5 x 1                : 08.00 13.00   18.00   23.00   04.00 

6 x 1                : 08.00 12.00   16.00   20.00   24.00   04.00

TANDA BUKTI SERAH TERIMA OBAT

Nama Pasien             :                                               Ruangan        :

Umur                          :                                               No. Reg          :

Tgl Penerimaan Obat

No

Nama Obat

Dosis

Jumlah

(Sediaan)

T T/ nama terang perawat yang menerima

T T/nama terang keluarga/ pasien

RONDE KEPERAWATAN

Oleh: Apriyani Puji Hastuti, S.Kep  Ners

1.         Pengertian
            Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2002).

Tujuan Ronde :
a.  Tujuan Umum

            Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.

b.   Tujuan khusus

1)    Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah keperawatan klien.

2)    Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien

3)    Meningkatkan kemampuan validitas data klien

4)    Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan

5)    Meningkatkan kemampuan justifikasi

6)    Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

3.         Manfaat
Masalah pasien dapat teratasi
Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
Terciptanya komunitas perawatan yang profesional
Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
Perawat dapat melaksanakan model keperawatan dengan tepat dan benar
  

4.         Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut :

Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.
Pasien dengan kasus baru atau langka.

5.          Peran Masing-masing Anggota Tim
Peran perawat primer dan perawat assosiate
-         Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.

-         Menjelaskan diagnosis keperawatan.

-         Menjelaskan intervensi yang dilakukan.

-         Menjelaskan hasil yang didapat

-         Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil

-         Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji

Peran perawat konselor
-         Memberikan justifikasi

-         Memberikan reinforcement

-         Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan

-         Mengarahkan dan koreksi

-         Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

6.         Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan

PP

validasi data

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :

Inform Concernt
Hasil  Pengkajian/ Validasi data
Kesimpulan dan rekomendasi solusi masalah

Penyajian

Masalah

Lanjutan-diskusi di Nurse Station

Diskusi PP-PP, Konselor,KARU

TAHAP RONDE PADA BED KLIEN

TAHAP PRA RONDE

TAHAP PASCA RONDE

TAHAP PELAKSANAAN DI NURSE STATION

Apa diagnosis keperawatan?
Apa data yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?
Apa hambatan yang ditemukan?

7.          Kriteria Evaluasi
Struktur
-         Persyaratan administratif (informed consent, alat, dll)

-         Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan

-         Persiapan dilakukan sebelumnya

Proses
-         Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir

-         Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan

Hasil
-         Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan

-         Masalah pasien dapat teratasi

-         Perawat dapat :

Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien.

Timbang Terima

TIMBANG TERIMA (OPERAN)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SISTEM TIMBANG TERIMA

A. Definisi
Timbang terima ( operan ) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu ( laporan ) yang berkaitan dengan keadaan klien.

B. Tujuan
1. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
3. Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim perawat.
4. Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.

C. Manfaat
1. Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh perawat pada shift berikutnya.
2. Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang dilaporkan dengan keadaan klien yang sebenarnya.
3. Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada yang belum terungkap.

D. Metode Pelaporan
1. Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien melaporkan langsung kepada perawat penanggung jawab berikutnya. Cara ini memberikan kesempatan diskusi yang maksimal untuk kelanjutan dan kejelasan rencana keperawatan.
2. Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di ruang perawat kemudian dilanjutkan dengan berkeliling mengunjungi klien satu persatu.

E. Prosedur Pelaksanaan
1. Kedua kelompok dinas sudah siap.
2. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan ( tanggung jawab )
3. Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
4. Hala-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
a) Identitas klien dan diagnosa medis.
b) Masalah Keperawatan yang masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan ( secara umum )
d) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang lain, persiapan untuk konsultasi atau prosedur yang tidak rutin dijalankan.
f) Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
5. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau berhak terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas.
6. Sedapat-dapatnya, mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
7. Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit,kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.

F. Hal-hal yang perlu Diperhatikan
1. Dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang disepakati.
2. Dipimpin oleh penanggung jawab klien / perawat primer.
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.
4. adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab.
5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan klien.
6. Timbang terima harus berorientasi pada masalaha keperawatan yang ada pada kliwn, dengan kata lain informasi yang diberikan berawal dari masalahnya terlebih dahulu ( setelah diketahui melalui pengkajian ), baru kemudian terhadap tindakan yang telah dilakukan dan belum dilakukan serta perkembangan setelah dilakukan tindakan.
7. Timbang terima dilakukan didekat pasien, menggunakan volume suara yang pelan dan tegas ( tidak berbisik ) agar klien disebelahnya tidak mendengarkan apa yang dibicarakan untuk menjaga privacy klien, terutama mengenai hal-hal yang perlu dirahasiakan sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat klien.
8. Bila ada informasi yang mungkin membuat klien terkejut sebaiknya jangan dibicarakan didekat klien tetapi diruang perawat.

Ronde Keperawatan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Program propesi (pengalaman belajar klinik/lapangan) merupakan proses transformasi peserta didik dari mahasiswa menjadi seorang perawat professional. Program ini dilakukan di tempat peraktik yaitusuatu institusi di masyarakat dimana peserta didik  berpraktik di situasi nyata melalui penumbuhan dan pembinaan keterampilan intelektual, tehnikal, dan interpersonal. Terdapat beberapa metode yang bisa dipilih oleh pendidik untuk mendidik peserta didik sesuai dengan tujuan dan karakteristik individual, salahsatunya yaitu ronde keperawatan.
Ronde keperawatan yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Definisi Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.
Karakteristik ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
1.      Klien dilibatkan secara langsung
2.      Klien merupakan fokus kegiatan
3.      Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4.      Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5.      Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
6.      Primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

2.2.      Tujuan Ronde Keperawatan
Adapun tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
1.      Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2.      Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien.
3.      Meningkatkan validitas data klien.
4.      Menilai kemampuan justifikasi.
5.      Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6.      Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.

2.3.      Peran dalam Ronde Keperawatan
A.      Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
1.      Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
2.      Menjelaskan masalah keperawata utama.
3.      Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
4.      Menjelaskan tindakan selanjutnya.
5.      Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

B.      Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor
Ø  Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
1.      Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2.      Menjelaskan masalah keperawatan utama
3.      Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4.      Menjelaskan tindakan selanjtunya
5.      Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
Ø  Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
1.      Memberikan justifikasi
2.      Memberikan reinforcement
3.      Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional
4.      Mengarahkan dan koreksi
5.      Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
2.4.       Langkah-langkah Ronde Keperawatan
A. Persiapan
1.      Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
2.      Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.

B. Pelaksanaan
1.      Penjelasan tentang klien o/ perawat primer dlm hal ini penjelasan difokuskan pd mslh keperawatan& rencana tindakan yg akan/telah dilaksanakan& memilih prioritas yg perlu didiskusikan.
2.      Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3.      Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan tentang masalah klien serta tindakan yg akan dilakukan.
4.      Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan.
C.      Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
2.5.Kelemahan Ronde Keperawatan
Kelemahan metode ini adalah klien dan keluarga merasa kurang nyaman serta privasinya terganggu.
            Masalah yang biasanya terdapat dalam metode ini adalah sebagai berikut:
1.      Berorientasi pada prosedur keperawatan
2.      Persiapan sebelum praktek kuarang memadai
3.      Belum ada keseragaman tentang laporan hasil ronde keperawatan
4.      Belum ada kesempatan tentang model ronde keperawatan











BAB III
PENUTUP

3.1.      kesimpulan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.

3.2.      Saran
















RONDE KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN TUBERCOLOSIS PARU
DI RUANG A RSUD X, MAKASSAR

Topik                  : Perawatan  klien dengan Tubercolosis Paru
Sasaran               : Klien Tn. S
Waktu                 : 60 Menit (Pukul 14.00 – 15.00 wita)
Hari/tanggal      : sabtut, 20 maret 2013

1.      Tujuan Ronde Keperawatan
a.       Tujuan Umum :
Menyelesaikan masalah-masalah klien yang belum teratasi.
b.      Tujuan Khusus :
1)     Menjustifikasi masalah yang belum teratasi.
2)     Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer lain.
2.      Sasaran
Klien Tn. S, Umur 26 tahun yang dirawat Di Ruang A  Rsud X, Makassar
3.      Materi
1)     Teori Perawatan tuberkolosis paru
2)     Masalah-masalah Keperawatan yang muncul pada klien dengan tuberkolosis paru.
4.      Metode
5.      Diskusi
5        Media
a)     Papan White Board
b)     Spidol
c)      Penghapus
d)     Materi yang disampaikan secara lisan.



6        Proses Ronde

NO
TAHAP
WAKTU
PENANGGUNG JAWAB
1
Pra Ronde:
Ø  Menentukan kasus & topik
Ø  Menentukan Tim ronde
Ø  Informed Consent
Ø  Membuat Pra planning
Ø  Diskusi
Ø  Mencari Sumber Literatur

20 maret  2013
(14.00 – 16.00 wita)

Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
PP
PP
PP
PP & Konselor
2
Ronde :
Ø  Penyampaian Masalah
Ø  Diskusi

21 maret 2013
(14.00 – 15.00 wita)

Kelompok 1B Gerb. I
3
Post Ronde :
Ø  Evaluasi Pelaksanaan Ronde
Ø  Revisi & Perbaikan
21 maret 2013
(14.00 – 15.00 wita)

PP & Konselor

7        Kriteria Evaluasi
1.      Struktur
*      Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang A RS X
*      Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
*      Persiapan dilakukan sebelumnya
2.      Proses
*      Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
*      Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan
3.      Hasil
v  Pasien puas dengan hasil kegiatan
v  Masalah pasien dapat teratasi
v  Perawat dapat :
1.      Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
2.      Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3.      Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien
4.      Meningkatkan kemampuan memodifikasi asuhan keperawatan
5.      Meningkatkan kemampuan jastifikasi
6.      Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

8        Pengorganisasian
1.      Kepala ruangan                      :
2.      Perawat Primer`                     :
3.      Perawat Associated                :
4.      Konselor                                  :
5.      Pembimbing                            :
6.      Supervaisor                             :



Makassar,  Januari 2013
Kepala Ruangan                                                                                               Perawat Primer


DAFTAR PUSTAKA

http://sukardjoskmmkes.blogspot.com/2010/11/ronde-keperawatan.html
Gillies . 1989. Managemen Keperawatan suatu pendekatan Sistem. EGC. Jakarta
Nursalam. 2002. Manajemen keperawatan. salemba medika. jakarta
























SCENARIO
Tokoh drama :
1.  Arifatul Fitriana sebagai keluarga pasien
2.  Ariyo Guntoro sebagai pasien
3.  Asim Maulana sebagai perawat asosiet 1
4.  Asrofikah sebagai perawat asosiet 2
5.  Ayu Setya Asih sebagai narator
6.  Ayuningtyas Budi Rahayu sebagai perawat primer / ketua tim
7.  Azizah Rahmah M. sebagai kepala ruang
8.  Dwi Kurniawati sebagai perawat spesialis

Di ruang penyakit dalam sebuah rumah sakit yang sudah menerapkan model praktik keperawatan professional, akan dilakukan ronde keperawatan. Tahap pre ronde keperawatan..
Sebelum ketua tim memberikan tugas kepada perawat asosiet, ketua tim menemui pasien terlebih dahulu untuk memberikan informed concent.
Di ruang pasien..
Ayu : Assalamu’alaikum. Pak Ariyo, bagaimana keadaannya?
Ariyo : Dada saya masih sakit Sus, saya tidak bisa tidur semalaman.
Ayu : Oh, begitu ya.
Arifatul : Ariyo juga tidak mau makan Sus.
Ayu : Oh, kenapa tidak mau makan Pak? Kan biar cepat sembuh. Begini Pak Ariyo, Bu Arifatul, saya mau meminta persetujuan Pak Ariyo dan bu Arifatul.
Arifatul : Persetujuan apa Sus?
Ayu : Pak Ariyo akan saya jadikan pasien untuk ronde keperawatan. Lha ronde keperawatan ini adalah suatu kegiatan yang nantinya pasien dan keluarga akan diajak diskusi untuk menyelesakan masalah yang dihadapi pasien.
Ariyo : Oh, gitu.. lha terus saya harus bagaimana Sus?
Ayu : Bapak Ariyo ya tidak harus bagaimana – bagaimana, Pak Ariyo tinggal menyetujui saja. Dengan ronde keperawatan ini, nanti masalah pak Ariyo Insya’alla akan bisa diatasi.
Arifatul : Benar begitu Sus?
Ayu : Insya’allah Bu. Bagaimana, bersedia ya Pak?
Ariyo : Oh, kalau begitu saya bersedia Sus.
Ayu : Baik, kalau begitu silakan Pak Ariyo dan Bu Arifatul tanda tangan disini.
Setelah mendapatkan persetujuan dari pasien, kemudian ketua tim menuju ke ruang perawat untuk memberikan tugas kepada perawat asosiet.
Di ruang perawat….
Ayu : Assalamu’alaikum perawat Asim dan perawat Fika. Seperti yang sudah direncanakan, hari ini kita akan melakukan tahap pra ronde keperawatan, dimana pasien yang akan kita pilih adalah bapak Aryo.
Asim : Memangnya bapak Ariyo menderita penyakit apa Bu?
Ayu : Bapak Ariyo itu memiliki penyakit gagal jantung, tetapi setahu saya beliau juga mengalami gangguan harga diri rendah, soalnya sudah berumur hampir 40 tahun tetapi belum menikah.
Fika : Wah, kasihan sekali ya.
Ayu : Maka dari itu, nanti tolong ya perawat Asim dan perawat Fika untuk mengkaji lebih lanjut masalah yang ada pada bapak Ariyo.
Asim dan Fika : Baik Bu.
Kemudian perawat asosiet melakukan pengkajian kepada pasien.
Di ruang pasien…
Asim : Selamat pagi Pak Ariyo? Bagaimana kabarnya?
Ariyo : Wah, tidak ada perubahan Pak. Dada saya masih sakit, saya tidak bisa tidur semalam, sama mau makan rasanya tidak enak.
Fika : Oh, begitu ya Pak. Baik, kami disini, nama saya Fika dan ini teman saya Asim, akan melakukan pengkajian pada bapak, untuk mengetahui masalah apa  yang ada pada bapak.
Arifatul : Oh, iya, silakan Suster.
Perawat asosiet pun melakukan pengkajian kepada Pak Ariyo. Ternyata didapatkan hasil bahwa Pak Ariyo mengalami nyeri pada dada, gangguan sulit tidur, susah makan dan mengalami gangguan konsep diri, yaitu gangguan citra tubuh dan harga diri rendah.
Setelah mendapatkan data yang dirasa cukup, kemudian perawat asosiet melaporkan hasil pengkajiannya kepada ketua tim.
Di ruang perawat…
Asim : Bu, pengkajian sudah kami lakukan.
Ayu : Oh, kemuian bagaimana hasilnya?
Fika : Ternyata masalah yang dihadapi oleh pasien banyak sekali Bu. (sambil menggeleng – gelengkan kepalanya dan membuka hasil pengkajian)
Asim : Pasien mengalami nyeri dada, gangguan tidur, susah makan, dan gangguan konsep diri Bu.
Ayu : Baiklah kalau begitu, mari kita lakukan validasi data, langsung ke pasiennya saja ya..
Fika : Baik Bu.
Kepala tim dan perawat asosiet melakukan validasi data. Setelah selesai melakukan validasi data, ketua tim melakukan kontrak waktu esok hari untuk ronde keperawatan
Di ruang pasien…
Ayu : Baik, terima kasih atas kerja samanya. Pak Ariyo dan Bu Arifatul memang orang baik. Kita ketemu laagi besok yan Pak, Bu, untuk melakukan ronde keperawatan.
Ariyo : Oh, iya. Terima kasih Sus..
Ayu : Iya, sama – sama Pak. Kami permisi dulu ya, Wassalamu’alaikum..
Arifatul : Wa’alaikumsalam.
Keesokan harinya, ronde keperawatan pun dimulai.. ronde tersebut dihadiri oleh ketua tim, perawat asosiet, kepala ruang, dan perawat specialis.
Di ruang perawat..
Azizah ; Assalamu’alaikum, selamat pagi Bapak dan Ibu. Di pagi hari ini, kita akan melaksanakan ronde keperawatan, sebagaimana yang sudah dijadwalkan sebelumnya.  Langsung saja, silakan Bu Ayu membacakan data pasiennya..
Ayu : Baik, terima kasih.. Assalamu’alaikum.. pasien dalam ronde keperawatan kita kali ini adalah Pak Ariyo, dengan diagnosa medis gagal jantung. Setelah dilakukan pengkajian kemarin oleh perawat Fika dan perawat Asim, didapatkan data bahwa pasien ini mengalami nyeri pada dada, susah tidur, tidak mau makan, dan mengalami gangguan konsep diri.
Dwi : Gangguan konsep diri yang bagaimana Bu?
Ayu : Jadi dia mengalami gangguan citra tubuh karena dia merasa tubuhnya itu tidak berguna, pasien sakit – sakitan sudah sejak lama, jadi dia tidak bisa bekerja. Dia juga sekarang umurnya hampir 40 tahun  tetapi belum menikah, jadi sekarang dia merasa minder. Mengalami harga diri rendah juga.
Azizah : Iya, terima kasih kepada bu Ayu, sebelum kita melakukan validasi data, ada yang ingin ditanyakan?
Asim : Tidak Bu, cukup.
Azizah : OK, langsung saja kita ke pasiennya ya..
Tim ronde keperawatan menuju  ke ruang pasien.
Di ruang pasien…

Azizah : Assalamu’alaikum.. Selamat pagi pak Ariyo? Bagaimana? Bisa tidur tadi malam?
Ariyo : Wah, masih tidak bisa tidur Bu. Dada saya ini lho sakit banget rasanya.
Azizah : Oh, begitu ya..
Setelah selesai melakukan validasi data, tim ronde keperawatan kembali ke ruang perawat.
Di ruang perawat…
Azizah : Baik, tadi kita sudah sama – sama mengetahui keadaan pasien tersebut, bagaimana sebaiknya? Ada yang punya usul?
Dwi : Kita harus melakukan rontgent dulu pada pasien Bu.
Ayu : Iya, untuk mengetahui keadaan jantung. Apa perlu melakukan cangkok jantung Bu
Dwi : Saya belum bisa memastikan, kita lihat dulu saja hasilnya, baru saya bisa menentukan.
Azizah : Untuk masalah gangguan konsep dirinya, kita diskusi dengan keluarganya saja ya Bu Dwi.
Dwi : Iya Bu, Saya rasa itu perlu.
Pemecahan masalah pun telah ditemukan. Akhirnya keluarga klien diajak untuk berdiskusi mengenai masalah gangguan konsep diri klien. Keluarga diberi pengarahan bagaimana cara meningkatkan harga diri klien.
Setelah dilakukan diskusi dengan klien, tugas didelegasikan kepada perawat asosiet.
Ayu : Baik, perawat Asim dan perawat Fika, Anda sudah tahu apa yang akan Anda lakukan?
Fika : Sudah Bu.
Asim : Sudah.
Ayu : OK, bagus.. Kalau begitu silakan nanti Anda lakukan tugas yang harus Anda lakukan
Asim : Siap Bu.
Azizah : OK, ronde keperawatan kita kali ini sudah selesai. Terima kasih atas kerja samanya, semuanya bagus. Semoga masalah pasien kita dapat segera teratasi. Wassalamu’alaikum.
Semua : Wa’alaikumsalam..
Akhirnya ronde keperawatan telah selesai dilakukan, perawat asosiet mulai menjalankan tugasnya..

Sekian..
Terima kasih… (^_^