Featured Video

Senin, 12 Januari 2015

Jiwa Kisi Kisi

1# peran serta keluarga pada pasien gangguan jiwa
Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Umumnya, keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup merawatnya. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya untuk memulihkan keadaan klien tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga tersebut (Iyus Yosep, 2007).
Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptif (pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan sekunder) dan memulihkan perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal (keliat, 2005).
Sesuai dengan fungsinya, pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga, kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Perubahan sekecil apapun yang dialami oleh anngota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama, tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, perawatan dapat dilakukan di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
Penyebab kekambuhan pada pasien gangguan jiwa/Menarik Diri:
a. Tidak memakan obat secara teratur
b. Dosis obat tidak sesuai.
c. Keluarga banyak mengkritik.
d. Keluarga banyak mencampuri kehidupan pasien.
e. Sikap bermusuhan dari lingkungan.
Jadi keluarga memiliki peran sangat penting dengan pencegahan, pengobatan, pencegahan kekambuhan.

2#. Persiapan sebelum dilakukan tindakan ECT :
1.   Inform consent
2.   Puasa 6 jam
3.   Stop obat psikiatri oral
4.   Premedikasi sedatif tidak direkomendasikan karena dapat memperpanjang masa pulih.
5.   Pilihan obat anestesi short acting (propofol atau thiopental) + muscle relaxant (succinylcholine)
6.   Untuk mencegah efek parasimpatik dapat diberikan atropine.
7.   Untuk mencegah efek simpatis pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler dapat diberikan atenolol 50 mg pada saat preoperatif
8.   Elektrode dapat diletakkan di sisi yang sama pada kepala (unilateral) untuk mengurangi efek samping memory loss dan meminimalisir efek kognitif ataupun diletakkan pada kedua sisi dari kepala (bilateral). Namun metode bilateral biasanya lebih efektif dan lebih direkomendasikan dibandingkan unilateral.
9.   Level stimulus untuk bilateral ECT adalah ½ kali ambang kejang, sedangkan untuk unilateral bisa melebihi12 kali ambang kejang. Ambang kejang dapat ditentukan dengan sistem trial and error ataupun menggunakan standar yang sudah ada. (Electroconvulsif therapy, 2010)

3#. Tujuan dan peran perawat pelayanan dimasyarakat
Tujuan Pelayanan Keperawatan
Tujuan Umum
Asuhan keperawatan terselenggara secara manusiawi dan profesional dalam suasana penuh kasih, dengan cara mengkaji, mendiagnosa, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
Tujuan Khusus
1. Asuhan keperawatan terselenggara secara manusiawi, profesional, holistik, dan komprehensif.
2. Pasien menjadi pusat layanan dan mendapat pelayanan yang cepat, tepat, aman, dan nyaman dengan penuh kasih tanpa dibedakan suku bangsa, agama, status sosial, dan jenis kelamin.
3. Pasien mendapatkan hak-haknya dalam asuhan keperawatan dengan melibatkan pasien selama proses keperawatan.
4. Tercapainya derajat kesehatan pasien yang optimal dengan komunikasi dan kerjasama yang baik antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain.
5. Terciptanya budaya dan iklim kerja yang memungkinkan perawat mengembangkan kemampuan profesional dan kepribadian.
6. Budaya menghargai kehidupan senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta tuntutan masyarakat.
7. Trciptanya lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman untuk menunjang derajat kesehatan yang optimal.
PERAN PERAWAT KESAHATAN MASYARAKAT

1.      Pelaksana pelayanan keperawatan
2.      Pendidik
3.      Koordinator pelayanan kesehatan
4.      Innovator/pembaharu
5.      Organisator yankes
6.      Role Model/panutan
7.      Fasilitator
8.      Pengelola/Manajer

4#..Sumber Stres

Sarafino (1998) membagi tiga jenis sumber stres yang dapat terjadi pada kehidupan individu:
Sumber yang berasal dari individu
Ada dua cara stres berasal dari individu. Pertama adalah melalui adanya penyakit. Penyakit yang diderita individu menyebabkan tekanan biologis dan psikologis sehingga menimbulkan stres. Sejauh mana tingkat stres yang dialami individu dengan penyakitnya dipengaruhi faktor usia dan keparahan penyakit yang dialaminya. Cara kedua adalah melalui terjadinya konflik.\Konflik merupakan sumber yang paling utama. Didalam konflik individu memiliki dua kecenderungan yang berlawanan : menjauh dan mendekat.
Individu harus memiliki dua atau lebih alternatif pilihan yang masing–masing memiliki kelebihan dan kekuhrangannya se ndiri. Keadaan seperti ini banyak dijumpai saat individu dihadapkan pada keputusan–keputusan mengenai kesehatannya.

Sumber yang berasal dari keluarga
Stres dalam keluarga dihasilkan melalui adanya perilaku, kebutuhan–kebutuhan dan kepribadian dari masing –masing anggota keluarga yang berdampak kepada anggota keluarga lainnya. Konflik interpersonal ini dapat timbul dari adanya masalah finansial, perilaku yang tidak sesuai, melalui adanya tujuan yang berbeda antar anggota keluarga, bertambahnya anggota keluarga perceraian orang tua, penyakit dan kecacatan yang dialami anggota keluarga dan kematian anggota keluarga.

Sumber stres yang berasal dari komunitas dan masyarakat
Adanya hubungan manusia dengan lingkungan luar menyebabkan banyak kemungkinan munculnya sumber – sumber stres. Misalnya: stres yang dirasakan anak sekolah akibat adanya kompetisi – kompetisi dalam hal seperti olah raga.
Di sisi lain, stres yang dialami oleh orang dewasa banyak diperoleh melalui pekerjaannya dan berbagai situasi lingkungan. Stres yang diperoleh melalui pekerjaan contohnya dikarenakan : diluar sisi kerja, kontrol yang rendah terhadap pekerjaan yang diemban, kurangnya hubungan interpersonal dengan sesama rekan kerja, promosi jabatan, kehilangan pekerjaan lainnya. Stres yang diperoleh dari lingkungan juga dapat diakibatkan oleh lingkungan yang berisik dan padat serta lingkungan yang tercemar (Sarafino, 1998).

Life – Change Events
Stres juga berasal dari Life – Change Events yaitu peristiwa – peristiwa yang membawa perubahan dalam kehidupan manusia dan diperlukan adaptasi terhadapnya. Homes & Rahe (dalam Matteo,1991) melakukan suatu penelitian yang dimulai dari adanya hipotesis bahwa tingkat stres yang dialami individu dapat dilihat dari sejumlah perubahan hidup yang sedang dialami.

5.# Pengkajian pada pasien kritis
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS (ABCDE, AMPLE)
1.Pengkajian Primer
a.Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
–Chin lift / jaw trust
–Suction / hisap
–Guedel airway
–Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
b.Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
c.Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
d.Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun cara yang cukup jelasa dan cepat adalah
Awake:A
Respon bicara:V
Respon nyeri :P
Tidak ada respon:U
e.Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi in line harus dikerjakan

2.Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat meggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illnes, Last meal, dan Event/ Environment yang berhubungan dengan kejadian). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik.

6. # Menurut Stuart & Laraia (2001, dalam Keliat dan Akemat, 2005), komponen kelompok terdiri dari delapan aspek, yaitu sebagai berikut:

1. Struktur Kelompok
Struktur kelompok menjelaskan batasan komunikasi, proses pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama.

2. Besar Kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (2001, dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah 7-10 orang, sedangkan menurut Rawlins, Williams, dan Beck (1993, dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah 5-10 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi. Sedangkan menurut Johnson (dalam Yosep, 2009) terapi kelompok sebaiknya tidak lebih dari 8 anggota karena interaksi dan reaksi interpersonal yang terbaik terjadi pada kelompok dengan jumlah sebanyak itu. Apabila keanggotaanya lebih dari 10, maka akan terlalu banyak tekanan yang dirasakan oleh anggota sehingga anggota merasa lebih terekspos, lebih cemas, dan seringkali bertingkah laku irasional.

3. Lamanya Sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, dalam Keliat dan Akemat, 2005). Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi tergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali perminggu; atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

4. Komunikasi
Tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan menganalisa pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi.

5. Peran Kelompok
Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja kelompok (Bernes & Sheats, 1948, dalam Keliat dan Akemat, 2005), yaitu maintenance roles, task roles, dan individual role. Maintence role, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-centered dan distraksi pada kelompok.

6. Kekuatan Kelompok
Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak mendengar dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok.

7. Norma Kelompok
Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku anggota kelompok dengan normal kelompok, penting dalam menerima anggota kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap pemberontak dan ditolak anggota kelompok lain.

8. Kekohesifan
Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas terhadap kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan.

0 komentar:

Posting Komentar